Two billion men and women in developing countries cannot get essential medicines

December 20, 2011

November 21, 2011 – Two billion men and women in developing countries cannot get essential medicines
Once Every Seven Years World Experts Meet to Discuss Misuse of Medicines in Low- and Middle Income Countries. Eight Indonesian Researchers Attended this Prestigious Meeting.


High medicine costs push 150 million people below the poverty line each year.  In many low- and middle income countries, one month of life-saving insulin treatment for diabetes may cost half a month’s salary. In one Asian country, 42% of medicine costs is spent on bribing the doctors.  In Oman, misuse of antibiotic use has been reduced by half since 1995. Cell phone messages remind  East-African AIDS patients to take their medicines.
When Catherine Adwoa suddenly fainted and fell ill, her mother first thought she had AIDS. But when she was rushed to the district hospital, she was relieved to hear that that was not the case. The doctor told the 17-year old schoolgirl she had diabetes.  But her father knew immediately that his life would never be the same again. From now on, the daily injections of insulin for his daughter would cost him half his salary. Like in most other African countries medicines for AIDS are free, but treatment for diabetes is not. Hospitals rarely have the injections in stock, so he would have to go around private pharmacies to get the life-saving medicine for the rest of his life, which meant there would be no money left to pay for school fees.
Over 600 world experts on essential medicines met in Antalya, Turkey for the Third International Conference on Improving the Use of Medicines (ICIUM). They heard several similar stories from developing countries from all over the world – how life-saving treatments for malaria are not available in private pharmacies of East Africa; how unscrupulous local manufacturers continue to produce and promote malaria drugs that the World Health Organization has recommended be taken off the market because they lead to resistance; and how 42% of the price of medicines in one Asian country is spent on bribing the doctors.
Delegates from over 80 countries who attended ICIUM also learned that more people in developing countries die from chronic diseases such as hypertension, asthma and diabetes, than from infectious diseases such as AIDS and tuberculosis. Unfortunately very few governments do anything about it.
But there was also good news. The medicines for a year of treatment of such chronic diseases cost less than $6 dollars – provided they are bought as generic (off-patent) medicines and provided the local distributor, the pharmacist and the doctor do not add another 10 or 20 dollars to the price. The Sultanate of Oman has succeeded in drastically reducing the use of antibiotics (from 60% of prescriptions in 1995 to 15% of prescriptions in 2010), thus reducing the chance that resistance develops. Specially trained drug sellers in Tanzania, called ADDOs (Accredited Drug Dispensing Outlets), supply essential medicines of good quality to patients in rural areas.
ICIUM Conferences are only held every seven years. Earlier conferences were in 1997 and 2004, both in Thailand. This time ICIUM was held in Turkey to allow for more delegates from the Middle East to participate. The conference was originally planned to take place in Alexandria (Egypt) but had to be relocated in view of the political unrest in the region. However, over 250 Egyptian experts and students attended the conference through a live webcast. Special attention was given to the needs of the people in countries of the “Arab Spring” with examples of constitutional text from other countries reflecting access to essential medicines as part of human rights.
AIDS has become a chronic disease, for which life-long treatment in needed. There are now more cell-phones in Africa than in the USA and Canada together. A very promising development is the use of cell-phones and short text messages in several African countries to remind AIDS patients about their appointments to get their medicines.
Delegates also heard that in most countries, women did not have more difficulty than men in getting their medicines; but more such studies are needed in countries such as Yemen, Somalia, Pakistan and India. As Dr Anita Wagner of Harvard University, one of the organizers of the conference, put it: “In most developing countries, both men and women have equally bad access to essential medicines.”
Eight Indonesian researchers were invited to attend this prestigious meeting to present their works on various topics related to the use of medicines in the Indonesia context. The topics were Empathic Caring Consultation to Reduce Unnecessary Use of Analgesics (Prof. Johana E. P. Hadiyono/UGM), Compounding Polypharmacy Prescription and Impact of IT based Promotion of Rational Use of Medicine (dr. Purnamawati P. Sujud, SpAK /Concern & Caring Parent Foundation), Using CBIA-DM Strategy to Improve Diabetic Patients’ Adherence (Dra. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt./ Sanata Dharma University Yogyakarta), Using CBIA-Pregnancy to Improve Skills in Selecting OTC Medicines (Sri Hidayati, S.Ked/UGM), Using CEMA-Community to Improve Skill in Evaluating Medicine Advertisements (Dra. Chairun Wiedyaningsih, Apt /UGM), Antibiotic Surveillance in ICU (dr. Zunilda Djanun M.S., SpFK/FK-UI & RSCM), Generic Medicine Pricing Policies Evaluation (Yusi Anggraini, M.Kes/ Universitas Pancasila), and Self Medication with Antibiotics (Aris Widayati, M.Si., Apt/ Sanata Dharma University Yogyakarta). These presented studies were very well-received by participants of the conference.
The World Health Organization estimates that about one third of the world’s population – around 2 billion people – does not have regular access to essential medicines. Richard Laing, coordinator  for medicine policy at WHO’s Essential Medicines Programme, adds “These estimates have recently been confirmed by household surveys in countries such as Uganda. And every year, about 150 million people sink below the poverty line because of the high cost of the medicines they have to buy.”
For more information please contact:
ICIUM website: http://www.icium.org
dr. Rustamaji, M.Kes.,  Centre for Clinical Pharmacology and Drug Policy Studies, rustamaji.farklin@gmail.com
Anita Wagner, Harvard Medical School, tel: +65-9003-37

Advertisement

PRESS-RELEASE: Dua miliar penduduk negara berkembang sulit mendapatkan akses terhadap obat esensial

December 15, 2011

Para ahli bertemu untuk membahas Penggunaan Obat di Negara – Negara Berkembang dalam forum tujuh tahunan “International Conference for Improving the Use of Medicines (ICIUM)”. Delapan peneliti dari Indonesia berpartisipasi dalam forum bergengsi ini.

Biaya obat yang tinggi telah mendesak 150 juta orang ke bawah garis kemiskinan setiap tahunnya di seluruh dunia. Banyak hal menarik yang terkait dengan penggunaan obat terungkap dari konferensi ini. Di negara berkembang, biaya yang dikeluarkan untuk membeli insulin bagi penderita diabetes mungkin setara dengan setengah bulan gaji mereka. Temuan di Asia menunjukkan bahwa hampir 42% dari biaya produksi obat dihabiskan oleh industri farmasi untuk memanjakan para dokter. Di Oman penggunaan antibiotik yang berlebihan telah berhasil dikurangi setengahnya sejak tahun 1995. Di Afrika Timur, pesan SMS telah dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengingatkan pasien AIDS untuk mengambil obat mereka.

Sebuah laporan kasus dari Afrika menceritakan kisah ketika Catherine Adwoa tiba-tiba pingsan, ibunya segera berpikir ia menderita AIDS. Namun dokter sebuah rumah sakit kabupaten menyatakan bahwa anak sekolah berusia 17 tahun itu menderita diabetes. Hal ini membuat si ibu lega. Tapi tidak demikian dengan ayahnya yang langsung menyadari bahwa kehidupan keluarganya tidak akan pernah sama lagi. Mulai saat itu suntikan insulin harian untuk putrinya akan mengorbankan separuh gajinya. Untuk diketahui, di sebagian besar negara-negara Afrika obat untuk AIDS telah digratiskan, namun tidak demikian untuk obat diabetes. Bahkan rumah sakit pun jarang memiliki stok insulin, sehingga keluarga pasien harus pergi ke apotek swasta untuk mendapatkan obat diabetes untuk digunakan selama sisa hidupnya; yang berarti dalam kisah Chaterine tidak akan ada uang tersisa untuk membayar biaya sekolah.

Kisah – kisah serupa terungkap dalam konferensi internasional ketiga yang membahas penggunaan obat yang aman (International Conference for Improving the Use of Medicines / ICIUM) yang dihadiri oleh lebih dari 600 peserta dari lebih 80 neara – negara berkembang. Berbagai cerita serupa dipresentasikan dan didiskusikan di forum ini, tentang bagaimana obat untuk malaria yang dapat menyelamatkan jiwa tidak tersedia di apotek – apotek di Afrika Timur, dan bagaimana secara sengaja produsen lokal terus memproduksi dan mempromosikan obat malaria yang telah dianjurkan untuk ditarik dari pasar oleh  Badan Kesehatan Dunia karena menyebabkan resistensi, serta bagaimana 42% dari harga obat di suatu negara di Asia dialokasikan untuk menyuap para dokter. Fakta bahwa lebih banyak orang di negara berkembang meninggal karena penyakit kronis seperti hipertensi, asma dan diabetes, dibandingkan dengan penyakit menular seperti AIDS dan TBC juga terungkap. Sebenarnya biaya obat untuk satu tahun periode pengobatan penyakit kronis dikalkulasikan kurang dari $ 6 dolar Amerika, asalkan obat tersebut dibeli sebagai obat generik (off-patent) dan asalkan distributor lokal, apoteker dan dokter tidak menambahkan 10 atau 20 dolar lagi untuk berbagai macam biaya tambahan.. Sayangnya pemerintah di negara – negara tersebut belum berbuat banyak untuk memperbaiki keadaan tersebut.

Berbagai keberhasilan dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki penggunaan obat juga dilaporkan di forum ini Oman telah berhasil secara drastis mengurangi penggunaan antibiotika, yaitu 60% dari semua resep pada tahun 1995 menjadi 15% dari semua resep pada tahun 2010, sehingga mengurangi berkembangnya  resistensi yang merugikan pasien di masa mendatang. Di Tanzania, telah dilakukan pelatihan terhadap penjual obat, yang kemudian disebut ADDOs (Accredited Drug Dispensing Outlets – Outlet Obat Terakreditasi), untuk memastikan akses terhadap obat esensial yang berkualitas kepada pasien di daerah pedesaan. Di Afrika Timur, dimana prevalensi HIV/AIDS sedemikian tinggi, telah dilakukan pengembangan penggunaan SMS melalui telepon seluler untuk untuk mengingatkan penderita AIDS tentang jadual mengambil obat.

Dari perspektif gender, perempuan tidak memiliki kesulitan lebih dari pria dalam mendapatkan obat, meskipun masih diperlukan lebih banyak kajian di negara-negara seperti Yaman, Somalia, Pakistan dan India. Dr Anita Wagner dari Harvard University, salah satu penyelenggara konferensi, mengatakan: “Di kebanyakan negara berkembang, baik laki-laki dan perempuan memiliki akses sama buruk terhadap obat esensial.”

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation/ WHO) memperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk dunia – sekitar 2 miliar orang – tidak memiliki akses secara reguler terhadap obat esensial. Richard Laing, koordinator program kebijakan obat esensial di WHO, menambahkan “Perkiraan baru-baru ini yang dikonfirmasi oleh survei rumah tangga di negara-negara seperti Uganda mengungkap bahwa setiap tahun, sekitar 150 juta orang tenggelam di bawah garis kemiskinan karena tingginya biaya obat yang harus mereka tanggung.”

Forum ICIUM ini diadakan setiap tujuh tahun. Konferensi sebelumnya diadakan di tahun 1997 dan 2004, keduanya di Thailand. Kali Ini ICIUM diadakan di Turki untuk memungkinkan lebih banyak delegasi dari Timur Tengah untuk berpartisipasi. Konferensi ini awalnya direncanakan berlangsung di Alexandria (Mesir) tetapi direlokasi mengingat konflik politik di wilayah tersebut. Namun demikian, lebih dari 250 peserta dari Mesir menghadiri konferensi melalui webcast (siaran lewat internet).

Delapan peneliti Indonesia diundang untuk menghadiri pertemuan bergengsi ini untuk mempresentasikan studi mereka di berbagai topik yang berkaitan dengan penggunaan obat dalam konteks Indonesia: Empathic Caring Consultation to Reduce Unnecessary Use of Analgesics (Prof. Johana E. P. Hadiyono/UGM), Compounding Polypharmacy Prescription and Impact of IT based Promotion of Rational Use of Medicine (dr. Purnamawati P. Sujud, SpAK / Yayasan Orangtua Peduli), Using CBIA-DM Strategy to Improve Diabetic Patients’ Adherence (Dra. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt./Universitas Sanata Dharma), Using CBIA-Pregnancy to Improve Skills in Selecting OTC Medicines (Sri Hidayati, S.Ked/UGM), Using CEMA-Community to Improve Skill in Evaluating Medicine Advertisements (Dra. Chairun Wiedyaningsih, Apt /UGM), Antibiotic Surveillance in ICU (dr. Zunilda Djanun M.S., SpFK/FK-UI & RSCM), Generic Medicine Pricing Policies Evaluation (Yusi Anggraini, M.Kes/ Universitas Pancasila), and Self Medication with Antibiotics (Aris Widayati, M.Si., Apt/ Universitas Sanata Dharma). Presentasi tersebut merupakan sumbangan Indonesia terhadap pengembangan metode untuk peningkatan dan perbaikan penggunaan obat secara aman.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi: ICIUM website: http://www.icium.org; Anita Wagner, Harvard Medical School, tel: +65-9003-3741; Prof Johana EP Hadiyono (INRUD Indonesia); dr. Purnamawati Sujud P., SpAK (Yayasan Orang Tua Peduli); dr. Zunilda Djanun M.S., SpFK (FK-UI & RSCM); dr. Rustamaji, M. Kes, rustamaji.farklin @ gmail.com  (PSFKKO UGM); Aris Widayati, M.Si., Apt (ariswidayati@usd.ac.id).

WOW…Sudah lama sekali…!!

April 26, 2011

Wow…sudah lama sekali tidak nulis di blog. Mungkin karena waktu saya, tepatnya 8 jam setiap hari dialokasikan untuk mengerjakan disertasi. Delapan sampai sembilan  jam berikutnya untuk diri sendiri, keluarga dan orang-orang sekitar saya. Sedangkan 7 sampai  8 jam terakhir benar-benar untuk diri saya sendiri…yaitu TIDUR. Yang terakhir ini penting sekali. Saya komitmen memenuhinya, karena kata para ahli tidur cukup setiap hari berkontribusi sangat besar terhadap kesehatan.

Banyak yang telah terjadi selama dua tahun terakhir ini. Yang pasti episode petualangan saya di negeri orang kali ini sudah hampir saya selesaikan. Mudah-mudahan. What’s next? Ya pastinya akan ada episode petualangan baru. Yang pasti harus selalu bersyukur.

Because your life is your greatest gift…you should love it, use it, enjoy it and watch it grow…

seperti  ditulis dalam buku yang sedang saya baca ini “The Secret of Life” by Y.T. Bource

Akhirnya makin terlihat jelas arah yang harus ku lalui….

February 20, 2009

Hari ini aku diskusi dengan dua profesor-ku.  Ramai sekali dan tentu saja didominasi oleh adu pendapat dan pemikiran mereka atas proposal yang kubuat. Aku sungguh terpesona dengan komitmen mereka dalam mmberikan bimbingan untuk thesis PhD-ku. Aku sangat terinspirasi untuk nantinya melakukan hal yang sama kepada para mahasiswa bimbinganku. Satu pelajaran lagi aku dapatkan dari beliau-beliau.

Akhirnya kami telah menyepakai beberapa hal untuk thesis-ku. Sungguh, aku menjadi lebih jelas sekarang, tentang arah mana yang harus kutempuh untuk study-ku ini. Pada intinya, aku berjalan dijalur yang benar dalam upaya mengerjakan thesis-ku. Aku bersyukur, semua itu karena Tuhan memberkati usaha-usahaku, thanks God.

Di akhir pertemuan, aku terkejut ketika Prof. Christian Gericke mengatakan kalau dia menemukan blog-ku ini. Beliau mengatakan itu sambil tertawa. He..he…untung aku menulis blog dalam bahasa Indonesia. Tapi beliau malah menyarakan aku menulisnya dalam bahasa Inggris sehingga dia bisa tahu apa yang kutulis…wah kalau yang ini nanti dulu karena bisa-bisa aku nggak bebas mengekspresikan apa yang kurasakan he..he… Bahkan beliau bercanda, jangan-jangan nanti Aris akan upload foto kita di blog …

Terima kasih banyak Prof. Janet dan Prof. Christian, telah mengerti dan memahami saya, serta memberikan masukan-masukan berharga untuk study saya.

Berlari…dan… berlari…

January 29, 2009

Hari – hari yang mengawali tahun 2009 ini kulalui dengan banyak berlari-lari. Pertama, berlari menyelesaikan research proposal, yang ini malah harus lari kencang sekali karena sudah mendekati deadline. Kedua, berlari menghindar dari hawa panas dan sengatan matahari yang bisa menyebabkan kanker kulit, walaupun sudah pakai sunscreen, karena sekarang di Adelaide sedang overheating!!! Suhu akan berkisar 44-47 derajad celcius. Ketiga, berlari-lari pagi sebelum temperatur beranjak naik…wow yang ini menyenangkan, karena berlari sepanjang pantai untuk refreshing dan sekaligus olahraga.

Terkadang sangat terasa lelah, terutama berlari menyelesaikan proposal. Namun jika mengingat harus segera selesai  agar bulan April nanti bisa mudik, maka api semangat kembali menyala-nyala. …untuk segera pulang ke kotamu.

SELAMAT ULANG TAHUN EVAN….

January 21, 2009

Selamat Ulang Tahun Sayang….

 

Tuhan Yang Maha Kasih,

Terima kasih Engkau telah ijinkan Evan tumbuh dalam keluarga yang amat menyayangi Evan,

Papa, Mama, dan Kakak Titan yang sangat mencintai Evan,

Juga seluruh keluarga besar dan saudara – saudara yang mengasihi dan memperhatikan Evan,

Serta teman-teman yang membuat Evan gembira,

Juga mbak Sri yang setia menemani Evan bermain dan sekolah,

Kami bersyukur atas semua itu,

Terima kasih pula atas hari – hari penuh berkat yang Engkau berikan kepada kami,

Tuhan,

Kami mohon berkatmu untuk hari – hari kami selanjutnya,

Kami mohon Tuhan berikan kesehatan, panjang umur dan rejeki yang cukup bagi keluarga kami,

Semoga kami boleh menjalani hari-hari kami selanjutnya, demi memuliakan nama-Mu,

Dan mohon ampunan untuk semua dosa – dosa kami,

Amin…..

 

Mama gembira walaupun kita tidak sedang bersama – sama,

karena hati mama selalu bersama kalian,

Doa mama selalu untuk kalian,

Mama teringat kembali saat-saat Evan masih dalam kandungan, lahir, dan tumbuh…..

Saat masih bayi merah yang mungil sampai sekarang sudah 3 tahun dan pintar…..

Evan dan Kakak telah membuat mama dan papa sangat bahagia….

 

Happy birthday to Evan.

 

Peluk dan cium mama dari jauh…

Akhir Tahun Yang Manis….

December 20, 2008

Wow…akhirnya semua deadline terselesaikan. Christmas Break selama 2 minggu sampai awal tahun 2009 nanti, tapi tidak bisa kemana – mana karena tugas – tugas yang deadline minggu pertama awal tahun 2009 juga sudah menunggu. Benar komentar si mulutmanisyangberbisa “perjuangan tidak akan pernah berakhir, setiap akhir adalah awal dari perjuangan berikutnya”.

 

Undangan lunch saat Christmas day nanti di rumah Donna Wilkins, akan bisa mengalihkan keinginanku untuk melantunkan tembang “don’t sleep away”.

 

Banyak berkah yang Tuhan hadiahkan kepadaku di akhir tahun ini, thanks God.

 

First, supervisor mengajakku “berlari”, tapi kata bijak mengatakan “bersakit-sakit dahulu bersenang – senanglah kemudian”.

 

Second, ternyata banyak teman yang kasih perhatian manis padaku: Muti kasih aku sekotak roti, Karima kasih aku sebatang coklat, Donna undang aku lunch, seorang bapak yang bahkan aku belum tahu namanya akan kasih hadiah besok, teman – teman alumni SMA dengan great respond- nya di mailing list, Pak Enade di Belanda yang setia setiap saat jadi tempat bertanya, Pak Nanang dan Mbak Irma yang selalu siap membantu. A Great support from my institution and my colleagues, thank you very much.

 

The last and the most important is my family yang selalu sehat dan gembira walaupun sedang kutinggalkan.

 

So, atas semua karunia itu, tidak ada alasan bagiku untuk  tidak berbahagia dan menyebarkan rasa bahagia ini ke semua orang yang kutemui.

Kursus bersama rombongan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Propinsi Kalimantan Timur

December 9, 2008

Karena undangan Prof. Christian Gericke, hari ini aku ikut kursus yang diadakan untuk para kepala dinas kesehatan propinsi dan kabupaten dan Badan Perencanaan dan Pembangunan, Kalimantan Timur. Senang rasanya bisa berkumpul di kelas yang partisipannya orang Indonesia semua, seperti jaman kuliah di UGM dulu. Prof. Gericke juga merekomendasikan untuk memakai Kalimantan Timur sebagai salah satu area untuk field research saya nanti.

Dengan sangat antusias kami belajar dan berdiskusi tentang health care system management and policy demi kemajuan Bangsa Indonesia tercinta. Selain Prof. Gericke, hari ini kuliah juga diberikan oleh DR. Mohammad Afsal Mahmood.

Akhirnya tiba juga saat saya ucapkan selamat jalan kepada para pejabat tersebut, karena beliau – beliau akan melanjutkan perjalanan untuk refreshing ke Sydney. Tentunya sekembalinya ke tanah air nanti segudang rencana dan strategi siap untuk diaplikasikan untuk upaya perbaikan sistem kesehatan khususnya di Kalimantan Timur yang juga bisa ditularkan ke daerah – daerah lain.

Selamat bekerja keras bapak-bapak dan ibu-ibu, semoga sukses. Mohon dukungan untuk field research saya di Kaltim nanti.

Dan sekarang…kembali revisi proposal lagi, hari Jumat  tinggal 3 hari lagi.

Semangat….semangat!!!

Melankolis telah berlalu dan kembali kepada kenyataan

December 8, 2008

Hari ini jadwal diskusi dengan para pembimbing PhD research ku, Prof. Janet Hiller dan Prof. Christian Gericke. Dengan Prof. Gericke ini adalah pertemuan pertamaku karena beliau supervisor baru menggantikan DR. Jackie Street.

Diskusi diawali dengan perkenalanku kepada Prof. Gericke. Kemudian langsung membahas outline proposal. Setelah panjang lebar akhirnya tersimpulkan beberapa masukan berharga dari beliau – beliau, juga rekomendasi subscribe sebagai member ke http://www.ispor.org. Juga undangan agar besok ikut kursus yang sedang diselenggarakan untuk pejabat – pejabat yang datang dari Kalimantan sekaligus mencari contact person untuk keperluan field research ku nanti. Rupanya sedang ada tamu dari Kalimantan. Diakhir pertemuan kedua profesor tersebut dengan bersemangat membekaliku dengan setumpuk buku dan jurnal dan satu pertanyaan (pernyataan) dari Prof. Janet ”please give us your revision before the end of this week”, Oh my God! I had no choice, just said ”Sure, you will receive it”.

Berlalu dari ruang diskusi dengan setumpuk buku dalam dekapan, terbayang kembali mahasiswa – mahasiswa yang dulu pernah kubimbing skripsinya di Fakultas Farmasi USD Yogyakarta, mungkin mereka juga mengalami hal yang sama ketika keluar dari ruanganku setelah konsultasi skripsi. Hanya aku jarang meminjamkan bukuku untuk mereka bawa pulang dalam waktu lama, hanya kurekomendasikan untuk fotocopy halaman yang diperlukan, karena pengalaman dulu, buku yang kupinjamkan ikut lulus setelah si mahasiswa lulus, alias tidak kembali.

Langkah sejenak membelok ke ruang komputer dimana teronggok manis komputerku yang tak pernah kusentuh karena lebih senang kerja pakai laptopku sendiri, hanya say hello ke beberapa teman yang sedang disana, lalu segera meluncur ke library dan revisi proposal….4 hari lagi harus diserahkan ke pembimbing (memangnya enak sekolah).

Semangat , semangat…inilah kenyataan.

Sedang agak melankolis….

December 7, 2008

Dapat sengatan dari mulutmanisyangberbisa akhirnya update juga disela – sela  menyelesaikan banyak banget kerjaan yang deadline minggu depan ini.

 

Akhirnya yang tertulis adalah yang ada dalam benak sekarang ini, tentang belahan jiwa yang sedang jauh disana…tentang merekalah doa- doa ku hari ini aku mohonkan kepada-Nya.

 

Ini bagian dari perjuangan kita, dan perjuangan belum berakhir, ini baru awal…awal sekali. Kita masih harus setia menghitung hari demi hari yang telah, sedang dan akan terlalui

Selalu kusampaikan rasa hormat dan terima kasih atas pengorbanan dan keikhlasan menjalani semua ini

Terkadang terasa sangat lama, dan timbul tanya, kuatkah aku menaggungnya? Namun gambaran wajah – wajah yang penuh rasa rela dan doa, membuatku bersemangat untuk bertahan dan meneruskan langkah….

Terkadang ingin memejamkan mata dan kumau ketika membuka mata kudapati diriku berada diantara permata – permataku yang bercahaya.

Menyadari kembali kenyataan bahwa permataku tidak tersentuh…namun kuyakin tetap berkilau cahayanya, karena tangan tegar dan tulus itu senantiasa membuatnya berkilau


Sekuat apapun aku mencoba tegar, aku boleh menangis….

 

Sebentar saja melankolisnya…dan sekarang harus kembali ke kertas kerja lagi, setelah tisu-tisu yang basah disingkirkan….

Tomorrow’s near, never I felt this way
Tomorrow, how empty it’ll be that day
It tastes a bitter, obvious to tears to dried
To know that you’re my only light
I love you, oh I need you
Oh, yes I do
Don’t sleep away this night my baby
Please stay with me at least ’till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
Oh, I love you
How many lonely days are there waiting for me
How many seasons will flow over me
’till the motions make my tears run dry
at the moments I should cry
for I love you, oh I need you
Oh, yes I do
Don’t sleep away this night my baby
Please stay with me at least ’till dawn
It hurts to know another hour has gone by
And every minute is worthwhile
It makes me so afraid
Don’t sleep away this night my baby
Please stay with me at least ’till dawn
It hurts to know another hour has gone by
The reason is still I love you

(lirik lagu Daniel Sahuleka “Don’t Sleep Away” diambil dari sini)

aris-and-athena1